Profil Desa Magelang
Ketahui informasi secara rinci Desa Magelang mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Kelurahan Magelang, jantung sejarah Kota Magelang, merupakan cikal bakal kota dari Desa Mantyasih (Kampung Meteseh). Dengan potensi wisata budaya, warisan prasasti, dan geliat ekonomi lokal, wilayah ini menjadi pusat pemerintahan di Kecamatan Magelang Ten
-
Pusat Sejarah Kota Magelang
Kelurahan Magelang adalah lokasi dari Kampung Meteseh, yang diyakini sebagai Desa Mantyasih kuno, tempat lahirnya Kota Magelang berdasarkan Prasasti Mantyasih bertanggal 11 April 907 M
-
Jantung Pemerintahan dan Kependudukan
Sebagai bagian dari pusat kota, kelurahan ini memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dan menjadi salah satu pusat administrasi dan layanan publik di Kecamatan Magelang Tengah
-
Potensi Wisata Budaya
Wilayah ini tengah dikembangkan sebagai destinasi wisata budaya yang bertumpu pada narasi sejarah Mantyasih, dengan atraksi seni tradisional dan suasana kampung kuno di Kampung Meteseh

Terletak di pusat hiruk pikuk perkotaan, Kelurahan Magelang hadir sebagai sebuah entitas yang unik, bukan sekadar wilayah administratif, melainkan sebuah kapsul waktu yang menyimpan babak paling awal dari sejarah Kota Magelang. Wilayah yang berada di dalam Kecamatan Magelang Tengah ini merupakan titik nol peradaban kota, tempat di mana sebuah desa perdikan kuno bernama Mantyasih berdiri lebih dari seribu tahun yang lalu. Kini, dengan denyut kehidupan modern yang dinamis, Kelurahan Magelang terus bertransformasi, menyeimbangkan peranannya sebagai pusat permukiman padat dengan potensi besar sebagai destinasi wisata berbasis sejarah dan budaya.
Kelurahan ini menjadi saksi bisu perjalanan panjang Kota Magelang, dari sebuah desa yang dibebaskan dari pajak oleh Raja Mataram Kuno hingga menjadi pusat pemerintahan, militer dan perdagangan yang strategis di Jawa Tengah. Jejak-jejak masa lalu tersebut tidak sepenuhnya hilang, melainkan menyatu dengan perkembangan zaman, menciptakan sebuah karakter wilayah yang khas dan berlapis. Menggali profil Kelurahan Magelang berarti menyelami narasi tentang asal-usul, pertumbuhan, dan identitas sebuah kota yang terus berupaya menjaga relevansi sejarahnya di tengah tantangan modernitas.
Geografi dan Demografi
Kelurahan Magelang secara administratif merupakan bagian dari Kecamatan Magelang Tengah, Kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Letaknya yang strategis menempatkannya di jantung kota, dikelilingi oleh kelurahan-kelurahan lain yang membentuk pusat urban, seperti Kelurahan Cacaban, Gelangan, Panjang, dan Kemirirejo. Posisi sentral ini menjadikannya sebagai salah satu kawasan dengan aksesibilitas tinggi dan aktivitas penduduk yang dinamis sepanjang hari.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), luas wilayah Kelurahan Magelang tercatat sebesar 1,25 km². Meskipun areanya tidak terlalu luas, wilayah ini menjadi rumah bagi 7.167 jiwa penduduk menurut data pertengahan tahun 2020. Dari data tersebut, dapat dihitung bahwa tingkat kepadatan penduduknya mencapai sekitar 5.734 jiwa per kilometer persegi. Angka ini menunjukkan bahwa Kelurahan Magelang ialah salah satu kawasan permukiman yang padat, mencerminkan fungsinya sebagai daerah hunian di pusat kota.
Secara geografis, wilayah ini berada di dataran yang relatif datar dengan ketinggian rata-rata sekitar 370 meter di atas permukaan laut, karakteristik umum dataran Kedu yang subur. Batas wilayahnya tidak dibatasi oleh fitur alam yang signifikan seperti sungai besar, melainkan oleh jalan-jalan dan permukiman yang menyambung dengan kelurahan tetangganya, menciptakan lanskap perkotaan yang terintegrasi dan padat.
Sejarah dan Warisan Budaya
Keistimewaan utama Kelurahan Magelang terletak pada nilai historisnya yang tak ternilai. Wilayah ini diyakini kuat sebagai lokasi dari Desa Mantyasih, sebuah desa perdikan atau sima yang tercatat dalam Prasasti Mantyasih (juga dikenal sebagai Prasasti Balitung atau Prasasti Tembaga Kedu). Prasasti yang ditulis di atas lempengan tembaga ini dikeluarkan oleh Raja Rake Watukura Dyah Balitung dari Kerajaan Mataram Kuno. Di dalam prasasti tersebut tertera tanggal 11 Paro-Gelap bulan Caitra tahun 829 Saka, yang setelah dikonversi ke dalam kalender Masehi jatuh pada 11 April 907. Tanggal inilah yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi resmi Kota Magelang.
Nama Mantyasih sendiri memiliki arti "beriman dalam cinta kasih". Penetapan desa ini sebagai sima berarti wilayah tersebut dibebaskan dari kewajiban membayar pajak kepada kerajaan dan memiliki otonomi khusus. Upacara penetapan sima ini, menurut para sejarawan, dilakukan di sebuah lokasi yang kini dikenal sebagai Kampung Meteseh, yang terletak di dalam wilayah Kelurahan Magelang. Di kampung inilah ditemukan sebuah lumpang batu kuno yang dipercaya sebagai tempat berlangsungnya ritual bersejarah tersebut.
Kampung Meteseh kini menjadi episentrum dari upaya pelestarian dan pengembangan warisan budaya di Kelurahan Magelang. Pemerintah Kota Magelang bersama masyarakat setempat berupaya untuk menata dan merevitalisasi kampung ini sebagai destinasi wisata budaya. Berbagai kegiatan seni dan tradisi, seperti pementasan tari Jatilan dan upacara budaya lainnya, mulai rutin digelar di Pendopo Mantyasih yang dibangun di area kampung. Inisiatif ini bertujuan untuk menghidupkan kembali narasi sejarah Mantyasih, menjadikannya bukan hanya sebagai catatan masa lalu, tetapi juga sebagai aset budaya yang hidup dan dapat dinikmati oleh generasi sekarang dan mendatang.
Potensi Ekonomi dan UMKM
Perekonomian di Kelurahan Magelang ditopang oleh berbagai sektor yang mencerminkan karakternya sebagai kawasan urban. Perdagangan dan jasa menjadi tulang punggung utama, dengan banyaknya toko, warung, dan penyedia jasa yang melayani kebutuhan penduduk setempat. Lokasinya yang berada di pusat kota turut menumbuhkan berbagai usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang bergerak di bidang kuliner, fesyen, dan kerajinan.
Secara lebih luas, Kecamatan Magelang Tengah dikenal sebagai salah satu pusat kegiatan UMKM di Kota Magelang. Berbagai pameran dan expo UMKM sering diadakan di tingkat kecamatan, menampilkan produk-produk unggulan dari setiap kelurahan, termasuk Kelurahan Magelang. Produk yang ditampilkan sangat beragam, mulai dari makanan olahan seperti getuk dan aneka jajanan pasar, hingga produk batik khas Magelang dan kerajinan tangan. Geliat ini didukung oleh kebijakan pemerintah kota yang aktif mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif, salah satunya dengan mendirikan IKM (Industri Kecil Menengah) Center sebagai wadah promosi dan pengembangan produk lokal.
Potensi ekonomi yang paling menonjol dan spesifik untuk Kelurahan Magelang ialah pengembangan wisata budaya di Kampung Meteseh. Inisiatif untuk menjadikan Meteseh sebagai "Kampung Wisata Ekosistem" diharapkan dapat menciptakan efek ganda bagi perekonomian lokal. Kehadiran wisatawan akan membuka peluang bagi warga untuk mendirikan usaha baru, seperti penginapan (homestay), penjualan suvenir, dan usaha kuliner yang menyajikan hidangan khas. Dengan demikian, pelestarian sejarah dapat berjalan selaras dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Pemerintahan dan Layanan Publik
Sebagai sebuah kelurahan, struktur pemerintahan dipegang oleh seorang Lurah yang berada di bawah koordinasi Camat Magelang Tengah. Kantor Kelurahan Magelang berfungsi sebagai pusat pelayanan administrasi bagi warganya, mengurus berbagai keperluan seperti kependudukan, perizinan skala kecil, dan program-program pemberdayaan masyarakat. Pemerintahan Kecamatan Magelang Tengah saat ini dipimpin oleh Camat Praditya Dedy Heryanto, S.STP., M.Si, yang mengoordinasikan jalannya pemerintahan di enam kelurahan di bawahnya, termasuk Kelurahan Magelang.
Di bidang layanan kesehatan, masyarakat Kelurahan Magelang dan sekitarnya dilayani oleh Puskesmas Magelang Tengah yang berlokasi di Jalan Pahlawan, Gang Dukuh II. Puskesmas ini tidak hanya menyediakan layanan kesehatan dasar seperti pemeriksaan umum dan kesehatan ibu dan anak, tetapi juga memiliki beberapa program unggulan. Program tersebut antara lain layanan konseling dan tes HIV/AIDS (VCT), program ramah anak dan santun lansia, serta Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Keberadaan puskesmas dengan layanan yang komprehensif ini menjadi vital bagi kesehatan publik di kawasan padat penduduk.
Untuk fasilitas pendidikan, di wilayah ini terdapat beberapa lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) yang dikelola oleh masyarakat. Salah satu inisiatif pendidikan yang menonjol di tingkat kota dan memberikan dampak bagi warga ialah keberadaan Rumah Balai Belajar. Fasilitas ini merupakan wadah pendidikan non-formal yang inovatif, dirancang khusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Dengan pendekatan yang partisipatif dan adaptif, Rumah Balai Belajar menjadi solusi pendidikan alternatif yang inklusif, menunjukkan adanya kepedulian sosial yang tinggi di tengah komunitas.
Kehidupan Sosial dan Kemasyarakatan
Kehidupan sosial di Kelurahan Magelang diwarnai oleh interaksi yang erat antarwarga, sebuah karakteristik yang masih bertahan di tengah arus urbanisasi. Kepadatan penduduk justru seringkali menumbuhkan rasa kebersamaan yang kuat, terlihat dari berbagai kegiatan kemasyarakatan yang diinisiasi di tingkat Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT).
Aktivitas keagamaan dan budaya juga menjadi perekat sosial yang penting. Masjid, musala, dan gereja yang ada di sekitar wilayah kelurahan menjadi pusat kegiatan spiritual dan sosial bagi komunitasnya masing-masing. Di samping itu, revitalisasi Kampung Meteseh sebagai pusat budaya telah melahirkan ruang interaksi baru bagi masyarakat. Pendopo Mantyasih tidak hanya berfungsi sebagai panggung pertunjukan seni, tetapi juga menjadi tempat berkumpul, berdiskusi, dan merencanakan kegiatan bersama.
Keterlibatan Akademi Militer (Akmil), yang lokasinya tidak jauh dari pusat kota, juga sesekali memberikan warna tersendiri bagi kehidupan sosial. Tradisi seperti kirab pamitan taruna yang melintasi jalan-jalan utama di kota menjadi tontonan yang dinantikan oleh masyarakat, termasuk warga Kelurahan Magelang. Perpaduan antara kehidupan masyarakat sipil yang dinamis dan nuansa kota militer yang bersejarah ini menciptakan sebuah atmosfer sosial yang unik dan tidak ditemukan di banyak kota lain di Indonesia. Dengan segala potensinya, Kelurahan Magelang terus berupaya menjadi wilayah yang maju dan modern, tanpa harus tercerabut dari akar sejarahnya yang agung.